• Tidak ada hasil yang ditemukan

METAFORA DAN PESAN MORAL DALAM TANKA KARYA TAWARA MACHI (KAJIAN STILISTIKA) 俵万智が書いたメタフォールと道徳伝言の短歌「文体論の学」 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "METAFORA DAN PESAN MORAL DALAM TANKA KARYA TAWARA MACHI (KAJIAN STILISTIKA) 俵万智が書いたメタフォールと道徳伝言の短歌「文体論の学」 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Puisi adalah sebuah karya estetis dan karya seni sastra yang memiliki makna, bukan sekedar kata-kata kosong tanpa makna. Walaupun sepanjang zaman puisi selalu

mengalami perubahan dan perkembangan, puisi tidak pernah kehilangan ciri khas yang dimilikinya. Setiap kata-kata dalam bait puisi memiliki rahasia dan pesan moral yang diciptakan oleh pengarangnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1112), puisi adalah ragam

sastra yang bahasanya terkait oleh irama, mantra, rima serta penyusunan larik dan

bait. Menurut definisi Waluyo, puisi merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya. Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja, seperti melingkar, zigzag dan lain-lain. Hal tersebut merupakan

salah satu cara penyair untuk menunjukan pemikirannya (1995: 23). Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata atau suku kata yang terus diulang-ulang. Puisi

merupakan bentuk kesusasteraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya, pengulangan kata tersebut menghasilkan rima, irama atau ritme. Puisi merupakan karya sastra yang memiliki keindahan dan keunikan kata-kata yang

(2)

Dalam Kesusastraan Jepang, puisi dikenal dengan sebutan waka (和歌).

Puisi tersebut telah ada sejak zaman Asuka dan Nara (akhir abad ke-6 hingga abad

ke-8). Penyairnya disebut dengan kajin (歌人). Waka yang secara harfiah dapat

diartikan sebagai puisi Jepang, digunakan untuk membedakannya dengan puisi

Cina yang disebut (漢詩 kanshi). Waka juga disebut sebagai yamato uta (大和歌)

atau cukup diucapkan sebagai uta. Puisi Jepang atau waka dalam pengertian sempit

disebut dengan tanka, yang secara keseluruhan terdiri dari 31 suku kata (aksara).

Oleh karena itu, tanka juga disebut misohitomoji (味噌一文字) (arti harfiah: 31

aksara).

Waka terdiri dari beberapa jenis yaitu:

Katauta (sajak setengah), yaitu puisi yang terdiri dari 3 baris dengan pola mora 5-7-7, dan merupakan setengah bagian dari puisi dua bagian

yang disebut sedouka.

Sedouka,yaitu bentuk puisi dua bagian dengan pola mora 5-7-7 dan

5-7-7, atau dua bagian katauta. Sebagian besar isinya mengenai

tanya-jawab.

Chouka,yaitu bentuk puisi dengan pola mora 5-7, 5-7, …, 5-7, dan 7. Bagian 5-7 diulang lebih dari 3 kali, dan ditutup dengan 7 mora.

Dalam Man youshuu terdapat banyak sekali bentuk puisi seperti ini,

namun sekarang tidak lagi orang menuliskan dalam bentuk ini. Ketika

dibacakan di muka umum, chouka sering disertai dengan hanka.

Tanka, yaitu bentuk puisi dengan pola mora 5-7-5-7-7. Di kemudian

hari, tanka dibagi menjadi dua bagian: 5-7-5 dan 7-7, dan bagian itu

dapat di sebut sebagai renga serta haikai.

(3)

Imayou, yaitu bentuk puisi dengan pola mora 7-5, 7-5,7-5, 7-5, dan tercipta pada pertengahan zaman Heian.

Jinku (dodoitsu), yaitu bentuk puisi dengan pola mora 7-7, 7-5. Dimana puisi ini berasal dari zaman Edo, dan sering digunakan

sebagai lirik minyou di berbagai tempat di Jepang. Dalam puisi ini

sering dimasukan ungkapan kegembiraan (hayashi kotoba).

Dari jenis-jenis puisi di atas, pada penelitian kali ini penulis akan membahas tentang tanka. Tanka merupakan suatu bentuk puisi pendek khas Jepang yang memiliki

bentuk atau pola tertentu dengan makna dan isi yang padat. Secara harfiah, tanka

berarti nyanyian pendek. Tanka memiliki struktur yang khas, yaitu berjumlah 31

suku kata dengan struktur persajakan 5-7-5-7-7, dan terdiri atas lima larik. Hal ini

seperti yang dijelaskan dalam “Kodansha Encyclopedia of Japan”:

Tanka: a thirty-one syllable poem consisting of five lines in the pattern 5-7-5-7-7 ; the dominant form in classical Japanese poetry (waka) from the 7th century to the present.

(Kodansha Encyclopedia of Japan, 343)

Tanka adalah puisi 31 suku kata yang terdiri atas lima larik, dengan struktur 5-7-5-7-7. Merupakan suatu bentuk yang menonjol dalam puisi klasik Jepang (waka) dari abad ke-7 sampai sekarang.

Tanka menjadi satu-satunya bentuk puisi dengan gaya bahasa sehari-hari

yang tetap bertahan selama 1200 tahun. Dengan alasan tersebut, maka tanka

dianggap memiliki arti yang sama dengan waka karena menggunakan gaya bahasa

dan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca puisi Jepang. Sejak sekitar tahun

1900, tanka telah menggantikan waka sebagai istilah umum yang lebih dipilih

(4)

Sejak tahun 1896 telah banyak penyair tanka yang berprestasi, diantaranya

adalah Yosano Tekkan (periode 1896 – 1933), Mori Ougai (periode 1907 – 1909),

Yosano Akiko (periode 1901 – 1942), Ishikawa Takuboku (periode 1910 – 1912),

Saitou Mokichi dan Saitou Yuka (periode 1913 – 1954), Toki Zerano dan Toki

Kenji (periode 1912 – 1966), Sasaki Yukitsuna (periode 1970 – 1989), Tawara

Machi (periode 1987 sampai sekarang), dan lain-lain. Alasan penulis memilih tanka

karya Tawara Machi karena tankanya memakai bahasa Jepang modern yang mudah

dipahami oleh pembaca pada zaman sekarang. Berikut adalah sedikit biografi tentang Tawara Machi.

Tawara Machi lahir pada tahun 1962 di Prefektur Osaka, ia adalah salah satu

penyair tanka terpopuler di Jepang. Dia juga dikenal sebagai kritikus, penulis, dan

penerjemah bahasa Jepang klasik ke bahasa Jepang modern. Dengan keahliannya

tersebut ia telah menerjemahkan buku Manyōshū (koleksi 10.000 daun), Taketori

Monogatari (The Tale of the Bamboo Cutter), dan Midare Gami (Tangled Hair)

dari bahasa Jepang klasik kedalam bahasa Jepang modern. Selain itu ia dapat menggabungkan bahasa Jepang modern dengan bentuk puitis klasik dan susunan

gramatikal, yang mudah dipahami oleh pemuda modern Jepang. Tanka Tawara

memiliki bahasa yang lebih ringan serta universal, dan dapat dipahami oleh semua

orang. Buku kumpulan tanka perdananya yang diterbitkan pada tahun 1987

berjudul Salad Anniversary (サラダ記念日). Kumpulan tanka yang terdiri dari 165

tanka ini terlahir dari pengalamannya sehari-hari yang penuh vitalitas dan

(5)

penulisnya, baik mengenai kebahagiaan, asmara, kesedihan, penderitaan, rasa penyesalan, serta pengalaman batin pengarang dalam menapaki lika-liku kehidupan.

Dalam kumpulan tanka Salad Aniversary terdapat banyak hal yang menyikap kisah

mengenai asamara, keluarga dan kampung halaman yang disajikan oleh Tawara

dengan bahasa puitis Jepang modern sehingga mudah bagi pembaca memahami arti

yang terdapat pada kumpulan tankanya tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk membahas tanka-tanka dalam

kumpulan tanka Salad Anniversary karya Tawara Machi. Penulis akan

menganalisis metafora yang terdapat dalam tanka tersebut agar dapat menemukan

makna dari perasaan maupun makna yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan secara universal serta pesan moral yang terkandung di dalamnya. Penulis tertarik

membahasnya karena tanka Tawara Machi menggunakan bahasa puitis Jepang

modern yang mudah dipahami oleh para pembelajar bahasa Jepang yang

mempunyai minat terhadap tanka.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.2.1. Metafora yang terdapat pada tanka Tawara Machi.

1.2.2. Pesan moral yang terkandung dalam kumpulan tanka Tawara Machi

(6)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan metafora dan

pesan moral dari tanka Tawara Machi. Pendeskripsian diharapkan membantu

pembaca untuk mengenal, mencari, dan memahami tanka yang terdapat dalam

kumpulan tanka Salad Anniversary.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, karena objek material

penelitiannya berupa bahan pustaka, yaitu sepuluh tanka karya Tawara Machi.

Adapun objek formal dalam penelitian ini adalah mencari metafora, makna dan

pesan moral sepuluh tanka yang terdapat dalam kumpulan tanka Salad Anniversary

karya Tawara Machi.

Di dalam kumpulan tanka tersebut terdapat 165 judul tanka, namun penulis

hanya mengambil sepuluh tanka secara acak untuk dibahas metafora dan pesan

moralnya.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat secara teoritis:

1.5.1.1. Penulis menerapkan teori unsur-unsur pembangun puisi yaitu teori metafora.

1.5.1.2. Pembaca dapat memahami makna dan pesan moral, yang terkandung

(7)

1.5.1.3. Memperluas ilmu serta menambah pengalaman melalui media tulisan yaitu berupa puisi Jepang.

1.5.2. Manfaat secara praktis:

1.5.2.1. Agar pembaca dapat mengenal puisi-puisi pendek dalam bahasa Jepang

yang disebut dengan tanka.

1.5.2.2. Membantu pembaca memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang kesusastraan Jepang khususnya bagi mahasiswa Sastra jepang.

1.5.2.3. Untuk membantu pembaca memahami puisi-puisi Jepang.

1.6. Metode Penelitian

Setelah menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan

kajian yang berkaitan dengan teori penelitian. Cara pencarian teori dengan

mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepusatakaan yang

berhubungan dengan teori tersebut. Sumber-sumber kepustakaan diperoleh dari buku, jurnal, majalah, internet, hasil-hasil penelitian (skripsi, tesis, dan disertasi). Keseluruhan dari upaya tersebut maka metode yang digunakan dalam Studi

Kepustakaan. Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literature-literatur,

catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988: 111). Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam

(8)

1.6.1. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data-data yang terkait dengan analisis metafora dan pesan moral puisi tanka karya Tawara Machi, penulis menggunakan

metode studi pustaka. Metode studi pustaka ini menggunakan buku-buku materi yang berhubungan dengan analisis unsur-unsur pembangun puisi.

Bahan bacaan lain yaitu melalui media internet, majalah, ataupun sumber refrensi lainnya yang dapat memberikan informasi untuk melengkapi

penelitian ini.

1.6.2 Analisis Data

Proses penganalisisan data menggunakan analisis unsur-unsur pembangun puisi. Tahapan yang dilakukan penulis dalam menganalisis

data yaitu menganalisis tanka karya Tawara Machi dengan menggunakan

analisis unsur-unsur pembangun puisi serta makna yang terdapat dalam kandungan puisi. Analisis unsur metafora puisi dilakukan dengan

membaca dan memahami kembali tanka karya Tawara Machi yang sudah

diperoleh. Selanjutnya, teks puisi dalam bahasa Jepang diterjemahkan

kedalam bahasa Indonesia. Kegunaan penerjemahan ini, agar penulis dapat mengetahui unsur-unsur metafora dalam tanka karya Tawara

Machi serta makna yang terdapat dalam tanka terebut.

Tahap berikutnya adalah menganalisis data dari segi makna puisi. Analisis ini dilakukan dengan cara memahami lebih dalam kandungan isi

puisi dari tanka karya Tawara Machi. Kandungan puisi tersebut

(9)

1.6.3. Penyajian Hasil Analisis Data

Tahapan penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif yaitu hanya pada teks yang dianalisa dengan

menggunakan teori-teori. Penyajian hasil analisis data dilakukan secara informal yaitu penyajian data berupa perumusan dengan kata-kata biasa.

1.7. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan ini sebagai berikut:

Bab satu adalah pendahuluan yang merupakan bagian awal dalam penulisan skripsi.

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab dua adalah tinjauan pustaka dan kerangka teori. Tinjauan pustaka merupakan

tinjauan terhadap hasil penelitian terdahulu dan menunjukan orisinalitas sehingga terhindar dari duplikasi dan teori yang akan dipergunakan dalam menganalisis

tanka tersebut.

Bab tiga adalah pemaparan hasil pembahasan. Dalam bab ini dijelaskan tentang

analisis metafora dan pesan moral sepuluh tanka dalam kumpulan tanka Salad

Anniversary karya Tawara Machi.

Bab empat adalah kesimpulan dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan pada

bab-bab sebelumnya.

(10)

Referensi

Dokumen terkait